Sunday, December 17, 2006

PATRIOTIS DAN HIPOKRIT

Kadang ada perasaan kecewa pada diri sendiri, aku terlalu lemah, lemah dengan situasi sekarang, lemah dengan kondisi pemerintahan yang semakin carut marut, aku tak bisa berbuat banyak, mengkritisi pemerintah bukanlah menjadi solusi terbaik, karena pengkritis itu sudah banyak di negri ini, Indonesia hanya penuh sesak dengan kritikus, tanpa di imbangi dengan pemberi solusi, yang mampu dijadikan acuan setiap kebijakan,

Ada dewan pertimbangan presiden namanya , namun isinya adalah tokoh-tokoh penyeimbang kekuatan posisi presiden sebagai benteng tawar menawar politik terhadap parlemen yang di dominasi oposan. Lalu apa langkah terbaik kita? Atau sebaiknya langkah kita apa untuk memperbaiki kemajemukan persoalan bangsa ini yang semakin majemuk?

Berkata-kata terlalu beresiko, beresiko terhadap tuduhan, gunjingan untuk mendapat popularitas, bukankah demikian adanya di negri ini, semakin hari semakin banyak saja manusia yang bersuara lantang hanya untuk meraih popularitas maupun mendongkrak popularitas bagi yang pernah popular, karena sesaknya akan produk manusia seperti itu, sehingga bagiku berbicara hanyalah sebuah tindakan yang akan beresensi terhadap image yang selama ini melekat pada diri kritikus kebanyakan Indonesia,

Mungkin jika bisa , Ada keinginan untuk menijadi seorang ummar bin khattab dalam sejarah islam, atau Bima dalam cerita pewayangan, yang sangat loyal terhadap jabatannya, memegang teguh amanat yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya , tanpa ada sedikitpun ingin mencari atau menginterpensi bagian dari tanggung jawab orang lain, Karena loyalnya terhadap satu tugas berarti kita meminimalkan suatu penyimpangan tugas yang sudah dibebankan tehadap kita.

Apakah itu berarti kita berharap setiap kebijakan berjalan sendiri-sendiri tanpa terkoordinir? Tentu tidak!! kita pernah memiliki seorang KASAD yang sangat loyal dalam mengabdi kepada NKRI, tidak sedikitpun dari dirinya timbul untuk mencari jabatan maupun pangkat, melakukan tugasnya sesuai yang digariskan , patriotis sejati yang menolak dicalonkan menjadi panglima tertinggi militer, dan merupakan musuh bagi separatis yang bergerak di Indonesia, dan menjadikan ancaman bagi Washington karena vokalnya terhadap kebijakan serakah pemerintah bush,

Beliau adalah Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu
Mantan Kepala Staf AD yang sempat dicalonkan Presiden Megawati menjadi Panglima TNI ini seorang prajurit sejati yang memiliki kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual. Mantan Pangkostrad ini kelahiran Palembang, 21 April 1950, selain sangat irit bicara soal politik, juga dikenal taat menjalankan ibadah agama.
Loyalitasnya sebagai seorang prajurit tidak bisa diragukan, selalu berpikir akan kemajuan dan profesionalitas sebagai prajurit Negara dan pelindung Negara dari segala bentuk gangguan yang mencoba merongrong kedaulatan NKRI

Terbayangkah kita jika setiap manusia di dunia ini berjalan dengan lakonnya sendiri,tanpa menjadi seorang yang penuh dengan kemunafikan , rela tunduk dengan kemunafikan, dan menjadi orang lain, mengutip kata- kata soe hok gie, “ lebih baik diasingkan dari pada harus tunduk dengan kemunapikan” bukankah akan terjadi kedamaian jika kita berjalan pada pos kita masing-masing, dan loyal terhadap apa yang menjadi kewajiban kita .

Jauh sekali bangsa ini dari sosok-sosok yang menjadi panutan dunia untuk masa ini, masa yang mendambakan lahir seorang pemikir ulung yang mampu memberikan solusi tanpa berfikir untuk meraih suatu jabatan,sensasi maupun dendam politik yang selama ini menjadi brand dibalik suatu kritik dari para kritikus,

Semoga sosok Ryamizard sekarang, patriotismenya tetap memberikan kekuatan buat generasi muda untuk mempertahankan keutuhan bangsa, loyal terhadap tugas dan tetap teguh pada pendirian menjadi diri sendiri.tanpa harus menjadi munafik untuk suatu jabatan!!Ryamizard seorang pengagum Ummar bin khattab yang setia sebagai pelindung Nabi Muhammad dari serangan qurais di masa penyebaran islam, , begitu juga terhadap lakon Bima yang setia akan keprajuritannya sehingga sedikitpun tidak terpikirkan oleh Bima untuk menjadi mahasenapati dalam perang baratayuda, Dan Jenderal ”Bima” Ryamizard Ryacudu pun demikian. Ia tak akan menjadi mahasenapati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Merdeka!!!!

No comments: